cara konver desimal ke binner menggunakan shellprograming
#!/bin/bash
echo `clear`
lagi='y'
while [ $lagi == 'y' ] || [ $lagi == 'Y' ];
do
echo `clear`
echo "__________________________________________"
echo " |Konversi Desimal to biner atau sebaliknya| "
echo "------------------------------------------"
echo " 1. Konversi Desimal ke Biner"
echo " 2. Konversi Biner ke Desimal"
echo "Pilih yang diinginkan (1/2)"
read a
case $a in
1) echo `clear`
echo "Konversi Desimal ke Biner"
echo "________________________"
echo "Masukkan Bilangan Desimal :"
read des
destobin=`echo "obase=2; $des"|bc`
echo "Bilangan Binernya : $destobin";;
2) echo `clear`
echo "Konversi Biner ke Desimal"
echo "_________________________"
echo "Masukkan Bilangan Biner :"
read bin
bintodes=`echo "ibase=2; $bin"|bc`
echo "Bilangan Desimal : $bintodes";;
*) echo "inputan salah";;
esac
echo -n "Ulang (y/t) :";
read lagi
#untuk validasi input
while [ $lagi != y ] && [ $lagi != Y ] && [ $lagi != t ] && [ $lagi != T ]
do
echo "Ops, isi lagi dengan (y/Y/t/Y)";
echo -n "Ulang (y/t) :";
done
done
Minggu, 02 November 2014
RAID_Redundant Array of Independent Disks
RAID
Nah, dalam istilah penyimpanan data, dikenal sistem
teknologi RAID, yaitu singkatan dari Redundant Array of Independent Disks.
Berdasarkan penjelasan dari Mbah Wiki di rumahnya :D, RAID merujuk kepada
sebuah teknologi di dalam penyimpanan data komputer yang digunakan untuk
mengimplementasikan fitur toleransi kesalahan pada media penyimpanan komputer
(utamanya adalah hard disk) dengan menggunakan cara redundansi (penumpukan)
data, baik itu dengan menggunakan perangkat lunak, maupun unit perangkat keras
RAID terpisah. Kata “RAID” juga memiliki beberapa singkatan Redundant Array of
Inexpensive Disks, Redundant Array of Independent Drives, dan juga Redundant
Array of Inexpensive Drives. Apapun singkatannya, teknologi ini intinya adalah
membagi atau mereplikasi data ke dalam beberapa hard disk terpisah, sehingga
didesain untuk meningkatkan keandalan data dan/atau meningkatkan kinerja I/O
dari hard disk.
Sejak pertama kali diperkenalkan, RAID dibagi ke dalam
beberapa skema, yang disebut dengan “RAID Level“. Pada awalnya, ada lima buah
RAID level yang pertama kali dikonsepkan, tetapi seiring dengan waktu,
level-level tersebut berevolusi, yakni dengan menggabungkan beberapa level yang
berbeda dan juga mengimplementasikan beberapa level proprietary yang tidak
menjadi standar RAID. Kelima level tersebut adalah:
RAID level pertama: mirroring
RAID level kedua : Koreksi kesalahan dengan menggunakan kode
Humming.
RAID level ketiga : Pengecekan terhadap disk tunggal di
dalam sebuah kelompok disk.
RAID level keempat: Pembacaan dan penulisan secara
independen
RAID level kelima : Menyebarkan data dan paritas ke semua
drive (tidak ada pengecekan terhadap disk tunggal)
Berdasarkan refensi yang saya dapatkan dari mas William, ada
3 macam metode RAID berdasarkan kegunaannya yang dapat digunakan, yaitu:
- RAID 0 (metode Striping)
- RAID 1 (metode Mirroring)
- RAID 0+1 (metode Striping + Mirroring)
RAID 0 (untuk kecepatan)
RAID 0 yg dikenal juga dgn metode Striping digunakan utk
mempercepat kinerja hardisk. Kapasitas total hardisk pada metode ini adalah
jumlah kapasitas hardisk pertama ditambah hardisk kedua. Metodenya dilakukan
dengan cara membagi data secara terpisah ke dua buah hardisk. Jadi separuh data
ditulis ke hardisk pertama dan separuhnya lagi ditulis ke hardisk ke dua.
Secara teoritis cara ini akan mempercepat penulisan/pembacaan harddisk.
Keburukan dari cara ini adalah apabila salah satu hardisk rusak maka seluruh
data akan hilang.
RAID 1 (untuk keamanan data)
RAID 1 yg dikenal juga dengan metode Mirroring digunakan utk
mendapatkan keamanan data (backup). Metodenya dilakukandengan cara menyalin isi
harddisk pertama ke harddisk kedua. Jadi apa yg ditulis pada hardisk pertama
akan juga ditulis di hardisk kedua. Apabila salah satu hardisk rusak, maka data
pada hardisk yg satunya masih ada. Keburukan dari cara ini adalah tidak adanya
peningkatan kinerja sama sekali, performanya malah akan sedikit lebih pelan
dibanding perrforma hardisk single (non-RAID). Selain itu kapasitas total yg
anda dapat dgn metode ini hanyalah sebesar kapasatitas satu hardisk saja.
RAID 0+1 (untuk kecepatan+backup)
Metode ini merupakan kombinasi RAID 0 dan RAID 1. Dimana
selain memperoleh kecepatan anda juga memperoleh keamana data. Untuk metode ini
diperlukan minimal 4 harddisk. Kapastitas total yg anda dapat adalah sejumlah
kapasitas 2 hardisk.
Biasanya metode RAID 1 digunakan utk server, sebab server
mengutamakan keamanan data. Sedangkan utk pengguna PC rumahan RAID 0 lebih umum
digunakan karena yg diutamakan bagi mereka adalah peningkatan kinerja harddisk.
Tapi apakah benar RAID 0 dapat meningkatkan kinerja secara drastis? Yup, kita
pahami saja konsep dibawah ini:

Konsep Dasar RAID
Ada beberapa konsep kunci di dalam RAID: mirroring
(penyalinan data ke lebih dari satu buah hard disk), striping (pemecahan data
ke beberapa hard disk) dan juga koreksi kesalahan, di mana redundansi data
disimpan untuk mengizinkan kesalahan dan masalah untuk dapat dideteksi dan
mungkin dikoreksi (lebih umum disebut sebagai teknik fault tolerance/toleransi
kesalahan).
Level-level RAID yang berbeda tersebut menggunakan salah
satu atau beberapa teknik yang disebutkan di atas, tergantung dari kebutuhan
sistem. Tujuan utama penggunaan RAID adalah untuk meningkatkan
keandalan/reliabilitas yang sangat penting untuk melindungi informasi yang
sangat kritis untuk beberapa lahan bisnis, seperti halnya basis data, atau
bahkan meningkatkan kinerja, yang sangat penting untuk beberapa pekerjaan,
seperti halnya untuk menyajikan video on demand ke banyak penonton secara
sekaligus.
Konfigurasi RAID yang berbeda-beda akan memiliki pengaruh
yang berbeda pula pada keandalan dan juga kinerja. Masalah yang mungkin terjadi
saat menggunakan banyak disk adalah salah satunya akan mengalami kesalahan,
tapi dengan menggunakan teknik pengecekan kesalahan, sistem komputer secara
keseluruhan dibuat lebih andal dengan melakukan reparasi terhadap kesalahan
tersebut dan akhirnya “selamat” dari kerusakan yang fatal.
>> RAID 0 (Teknik Disk Striping), bisa meningkatkan
performa, yang mengizinkan sekumpulan data dibaca dari beberapa hard disk
secara sekaligus pada satu waktu, akan tetapi bila satu hard disk mengalami
kegagalan, maka keseluruhan hard disk akan mengalami inkonsistensi performansi.

Disk Striping mengijinkan kita untuk menulis data ke
beberapa Harddisk daripada menulis data ke satu Harddisk saja. Dengan Disk
Striping, setiap Harddisk fisik akan dibagi menjadi beberapa elemen stripe
(berkisar antara 8 KB, 16 KB, 32 KB, 64 KB, 128 KB, 256KB, 512KB, to 1024KB).
Setiap bagian stripe dalam setiap Harddisk disebut strip.
Disk Striping dapat meningkatkan kinerja karena pengaksesan
data diakses dengan lebih dari satu harddisk, sehingga lebih banyak spindle
disk yang bekerja dalam melayani I/O data. Namun Disk Striping (RAID 0) tidak
memiliki data redundancy / proteksi data terhadap kerusakan harddisk, karena
semua data ditulis langsung apa adanya ke semua Harddisk.
Dari sisi kapasitas, maka RAID 0 kita dapat menggunakan 100%
dari total jumlah kapasitas harddisk yang terpasang. Contoh: 4 unit Harddisk
300GB RAID 0 akan menghasilkan total kapasitas yang dapat digunakan sebesar
1.2TB
>> RAID 1 (Teknik Disk Mirroring) dapat meningkatkan
proses pembacaan data mengingat sebuah sistem yang menggunakannya mampu membaca
data dari dua disk atau lebih, tapi saat untuk menulis kinerjanya akan lebih
buruk, karena memang data yang sama akan dituliskan pada beberapa hard disk
yang tergabung ke dalam hard disk tersebut. Berikut penjelasan lebih detailnya
dari salah satu sumber yang saya dapatkan:

RAID 1 Mirroring
RAID 1 (Disk Mirroring) bekerja dengan prinsip cermin, yaitu
berpasang-pasangan dan identik antara satu dengan yang lainnya. Jadi dengan
RAID 1, data yang ditulis ke satu Harddisk secara simultan ditulis juga ke
Harddisk yang lainnya. Sehingga jika terjadi kerusakan 1 Harddisk pada RAID 1,
system server masih memiliki data cadangan di harddisk yang lainnya. Dan pada
saat Harddisk yang rusak diganti dengan yang baru, maka secara otomatis,
harddisk pengganti yang baru dipasang akan melakukan sinkronisasi data dengan
harddisk yang masih berfungsi (rebuilding) Keuntungan dari RAID 1 adalah data
memiliki cadangan antara yang ada di harddisk yang satu dengan yang lainnya.
Dan karena isi dari kedua Harddisk tersebut adalah identik, tidak jadi masalah
harddisk yang mana yang boleh rusak selama pada suatu saat hanya satu Harddisk
yang rusak, sampai proses sinkronisasi berikutnya selesai.
Dari sisi kapasitas, maka RAID 1 kita akan hanya memiliki
kapasitas harddisk yang dapat digunakan sebanyak 50% dari total kapasitas
Harddisk yang terpasang
Contoh: 4 unit Harddisk 300GB RAID 1 akan menghasilkan total
kapasitas yang dapat digunakan sebesar 600GB.
>> RAID 5 (Teknik Disk Striping with Distributed
Parity)
Sesuai dengan namaya, cara kerja RAID 5 sama dengan cara
kerja RAID 0, yaitu menggunakan disk striping.Yang membedakan anatara keduanya
adalah Parity. Parity ini digunakan untuk pengecekan dan perbaikan kesalahan
(error checking and correcting). Parity ini disebar di beberapa disk untuk
menghindari pengurangan kinerja (Performance bottleneck) pada saat pembuatan
parity. Jika Parity disimpan di satu harddisk saja, maka disebut RAID 3 (Disk
Striping with Dedicated Parity). Dengan adanya parity ini, maka system RAID 5
tersebut akan tetap berfungsi jika ada salah satu harddisk dalam RAID 5
tersebut itu rusak. Dan harddisk yang rusak tersebut dapat harddisk yang mana
saja selama berada dalam satu system RAID 5 yang sama. Karena parity ini berasal
dari perhitungan matematik dari suatu beberapa pecahan data, maka, pada saat
ada satu bagian pecahan data yang hilang/rusak, system RAID 5 dapat
“mengetahui” pecahan data yang hilang tesebut dengan menghitung ulang parity
dengan pecahan data yang lainnya.

RAID 5
Secara sederhana, parity bisa dianalogikan dengan
perhitungan matematik sbb; 6 + 5 = 11. Dimana angka 6 & 5 adalah data, dan
angka 11 adalah parity. Jika suatu saat angka (Harddisk) 5 mengalami kerusakan,
maka system dapat menghitung ulang berdasarkan parity (angka 11),
angka(Harddisk) apa yang hilang tersebut. Jadi data yang ada pada harddisk yang
rusak, tetaplah rusak, hanya saja dengan bantuan parity maka data pada harddisk
yang hilang tersebut dapat dihitung ulang kembali. Hal ini juga yang
menyebabkan untuk RAID 5 mengalami kerusakan harddisk adalah sebanyak 1
harddisk saja pada suatu saat.Kembali dengan analogi matematik diatas, jika
angka (Harddisk) 6 + 5 hilang, maka kemungkinan angka 11 didapat bisa memiliki
banyak kemungkinan, seperti 2+9, 3 + 8, dst. komputer tidak dapat membuat suatu
perhitungan yang tepat jika data yang tersedia memiliki banyak kemungkinan.
Dari sisi kapasitas, maka RAID 5 kita akan memiliki
kapasitas harddisk yang dapat digunakan sebanyak (N-1) x Kapasitas HDD dari
total kapasitas Harddisk yang terpasang, dimana N adalah jumlah Harddisk.
Contoh:
• 3 unit Harddisk 300GB RAID 5 akan menghasilkan total
kapasitas yang dapat digunakan sebesar 600GB.
• 4 unit Harddisk 300GB RAID 5 akan menghasilkan total
kapasitas yang dapat digunakan sebesar 900GB.
• 5 unit Harddisk 300GB RAID 5 akan menghasilkan total
kapasitas yang dapat digunakan sebesar 1.2TB, dst.
>> RAID 6 (Disk Striping with Dual Parity)
(*mulai didukung HANYA di PERC6 dan selanjutnya)
Dapat dilihat dari namanya, RAID 6 menggunakan cara kerja
dan konsep yang sama dengan RAID 5 dari sisi penulisan data yang tersebar di
beberapa hard disk. Yang membedakan antara RAID 6 dan RAID 5 adalah jumlah
parity yang ditulis pada saat penulisan data. Jika RAID 5 menggunakan satu
parity, maka RAID 6 menggunakan dua parity. Dengan menulis 2 parity, maka RAID
6 dapat mengakomodasikan kerusakan harddisk maksimal 2 unit pada saat yang
bersamaan

RAID 6
Dari sisi kapasitas, maka RAID 6 kita akan memiliki
kapasitas harddisk yang dapat digunakan sebanyak (N-2) x Kapasitas HDD dari
total kapasitas Harddisk yang terpasang, dimana N adalah jumlah Harddisk.
Contoh:
• 4 unit Harddisk 300GB RAID 6 akan menghasilkan total
kapasitas yang dapat digunakan sebesar 600GB.
• 5 unit Harddisk 300GB RAID 6 akan menghasilkan total
kapasitas yang dapat digunakan sebesar 900GB.
• 6 unit Harddisk 300GB RAID 6 akan menghasilkan total
kapasitas yang dapat digunakan sebesar 1.2TB, dst.
>> Teknik pengecekan kesalahan juga pada umumnya akan
menurunkan kinerja sistem, karena data harus dibaca dari beberapa tempat dan
juga harus dibandingkan dengan checksum yang ada. Maka, desain sistem RAID
harus mempertimbangkan kebutuhan sistem secara keseluruhan, sehingga
perencanaan dan pengetahuan yang baik dari seorang administrator jaringan
sangatlah dibutuhkan.
Beberapa sistem RAID dapat didesain untuk terus berjalan,
meskipun terjadi kegagalan. Beberapa hard disk yang mengalami kegagalan
tersebut dapat diganti saat sistem menyala (hot-swap) dan data dapat diperbaiki
secara otomatis. Sistem lainnya mungkin mengharuskan shutdown ketika data
sedang diperbaiki. Karenanya, RAID sering digunakan dalam sistem-sistem yang
harus selalu on-line, yang selalu tersedia (highly available), dengan waktu down-time
yang, sebisa mungkin, hanya beberapa saat saja.
Pada umumnya, RAID diimplementasikan di dalam komputer
server, tapi bisa juga digunakan di dalam workstation. Penggunaan di dalam
workstation umumnya digunakan dalam komputer yang digunakan untuk melakukan
beberapa pekerjaan seperti melakukan penyuntingan video/audio.
Yup, itulah sekelumit konsep tentang RAID. Tunggu ya bahasan
selanjutnya mengenai Veritas Cluster System, yang masih berhubungan dengan
teknologi Database Storage. Selamat bersenang-senang kawan :D
Salam,
Perbandingan RAID Level
Features
|
RAID 0
|
RAID 1
|
RAID 1E
|
RAID 5
|
RAID 5EE
|
Minimum # Drives
|
2
|
2
|
3
|
3
|
4
|
Data Protection
|
No Protection
|
Single-drive failure
|
Single-drive failure
|
Single-drive failure
|
Single-drive failure
|
Read Performance
|
High
|
High
|
High
|
High
|
High
|
Write Performance
|
High
|
Medium
|
Medium
|
Low
|
Low
|
Read Performance (degraded)
|
N/A
|
Medium
|
High
|
Low
|
Low
|
Write Performance (degraded)
|
N/A
|
High
|
High
|
Low
|
Low
|
Capacity Utilization
|
100%
|
50%
|
50%
|
67% – 94%
|
50% – 88%
|
Typical Applications
|
High End
Workstations, data logging, real-time rendering, very transitory data
|
Operating System,
transaction databases
|
Operating system,
transaction databases
|
Data warehousing,
web serving, archiving
|
Data warehousing,
web serving, archiving
|
Features
|
RAID 6
|
RAID 10
|
RAID 50
|
RAID 60
|
Minimum # Drives
|
4
|
4
|
6
|
8
|
Data Protection
|
Two-drive failure
|
Up to one disk
failure in each sub-array
|
Up to one disk
failure in each sub-array
|
Up to two disk
failures in each sub-array
|
Read Performance
|
High
|
High
|
High
|
High
|
Write Performance
|
Low
|
Medium
|
Medium
|
Medium
|
Read Performance (degraded)
|
Low
|
High
|
Medium
|
Medium
|
Write Performance (degraded)
|
Low
|
High
|
Medium
|
Low
|
Capacity Utilization
|
50% – 88%
|
50%
|
67% – 94%
|
50% – 88%
|
Typical Applications
|
High End
Workstations, data logging, real-time rendering, very transitory data
|
Fast databases,
application servers
|
Large databases,
file servers, application servers
|
Data archive, backup
to disk, high availability solutions, servers with large capacity
requirements
|
Langganan:
Postingan (Atom)